MUNASABAH AL
QUR’AN
MAKALAH
Di ajukan untuk
memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ulumul Qur’an
Disusun Oleh
:
§
Abdul Wahid
§
Rini Mustika
§
Sansan Badrul Jaman
EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS
SYARI’AH NAHDLATUL ULAMA (STIEBSNU)
GARUT
2020. M / 1441.
BAB 1
PEMBAHASAN
A.
Pendahuluan
Al qur’an adalah kitab suci ummat Islam dan
telah disepakati bahwa kitab ini merupakan rujukan dalam menjawab persoalan hukum
dan akhklak di tengah kehidupan ummat Islam, diatur cara berhubungan dengan
masyarakat sesama muslim
dan masyarakat non muslim, pengaturan tersebut jelas dan transparan, peraturan
– peraturan yang terdapat di dalamnya pada intinya menjadikan manusia yang baik, ihsan, hidup di dunia bahagia dan
hidup di akhirat juga bahagia.
Sebagai seorang Muslim kita memiliki ikatan yang kuat dengan
nilai-nilai imani Alquran. Dalam pada itu, tidak mudah begitu saja memisahkan diri
dengan nilai tersebut. Mempelajari Alquran bagi seorang muslim tidak hanya
semata-mata mencari kebenaran ilmiah, namun lebih dari itu yakni mencari isi
kandungan dari rahasia Alquran. Jika ayat-ayat Alquran itu diperhatikan
sepintas lalu terkesan seperti tidak ada
korelasi
satu dengan yang lain, baik dengan yang sebelum maupun dengan yang sesudahnya, karena
ayat-ayat tersebut tampak seolah-olah terputus atau terpisah. Tetapi bila diamati secara
seksama akan nampak jelas adanya munasabah (korelasi) yang erat antara yang satu dengan lainnya.[1]
Namun pada itu, kita tidak
bisa pungkiri bahwa teori munasabah inimerupakan ranah ijtihad bersifat
ijtihadi. Hingga kita akan menemukan beberapa
bagian yang saling berkaitan sama lainya. Seperti yang di ungkapkan Rahmat
Syafii, bahwa teori munasabah ijtihadi ini memiliki gejala gejala yang terdapat
dalam munasabah itu sendiri seperti : hubungan logis yang dapat diterima dan
hubungan logis bagi masing-masing ahli. Beliau menambahkan“…yang pada akhirnya
timbul dua aliran antara yang mengatakan semua surat memiliki hubungan dan
tidak semua surat memiliki hubungan.[2]
|
Didalam makalah yang
singkat ini, penulis akan mencoba menguraikan apa yang menjadi pembahasan dalam
munasabah Alquran yaitu:
a.
Pengertian Munasabah
b.
Macam-macam Munasabah
c.
Metode Mencari Munasabah
B.
Pengertian Munasabah
Munāsabah secara etimologis berarti hubungan persesuain,
sedangkan dalam bahasa Arab arti munasabah dapat dijelaskan berarti muqarabat;
saling berdekatan atau saling menyerupai, juga dapat hubungan kekerabatan,
aspek hubungan atau keterkaitan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam
satu ayat. Antara satu ayat dengan ayat lain dalam serangkaian ayat-ayat
Al-quran, antara satu surah dengan surah lainnya.‘Ibnul ‘Arabi mengatakan
munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al-Quran antara yang satu dengan
lainnya sehingga seperti satu kata yang
runtut dan teratur maknanya.[3]
Sedangkan pengertian Munāsabah menurut istilah bisa dipahami
dari pendapat al-Syaikh Wali al-Din al-Malawi sebagaimana yang dikutip oleh
Nawir Yuslem, yang mengatakan bahwa I’jaz
al-Qur’an adalah uslub-nya yang
tinggi dan susunannya yang indah. Yang pertama kali perlu dicari dalam
ayat-ayat Alquran adalah ayat yang
menyempurnakan ayat sebelumnya atau ayat yang berdiri sendiri (mustaqillat),
yang mempunyai hubungan dengan ayat sebelumnya. Demikian juga pada surat-surat
Al qur’an dicari hubungan suatu surat dengan surat sebelumnya.[4]
Menurut beberapa ahli tafsir seperti Az-Zarkasyi, Manna’ Al Qaththan,
Al Biqa’I berpendapat sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar, mereka
menyebutkan defenisi Munasabah secara terminologi adalah sebagai berikut :
1.
Menurut Az-Zarkasyi :[5]
Munasabah adalah suatu hal
yang dapat difahami. Tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan
menerimanya.
2.
Menurut Manna’ Al Qaththan :[6]
Munasabah adalah sisi
keterikatan antara beberapa ungkapan didalam satu ayat atau antar ayat pada
beberapa ayat,atau antar surat (didalam Alquran).
3.
Menurut Al Biqa’i :[7]
Mununasabah adalah suatu
ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan
bagian-bagian Alquran, baik ayat dengan ayat, atau surat dengan surat.
Dari beberapa defenisi diatas dapat
dijelaskan bahwa Munāsabah adalah
keterkaitan atau hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam Alquran, baik
awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan makna antar ayat atau antar surah baik
korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau
korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma’lul perbandingan dan perlawanan, nama
surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.
C.
Macam-macam Munasabah
Menurut al-Suyuti sebagaimamana yang
dikutip oleh Nawir Yuslem, sekurang-kurangnya ada tujuh macam munasabah
Alqur’an, yaitu :
1.
Munasabah antara surat yang satu
dengan surat sebelumnya;
2.
Munasabah antara nama surat dengan
tujuan turunya;
3.
Munasabah antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya dalam satu ayat;
4.
Munasabah antara satu ayat dengan
ayat lainnya dalam satu surat;
5.
Munasabah antara kalimat penutup
ayat (fasilah) dengan kandungan
ayatnya;
6.
Munasabah antara awal uraian
dengan akhir uraian suatu surat, dan
7.
Munasabah antara penutup satu
surat dengan awal surat berikutnya.[8]
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan diuraikan masing-masing
munasabah tersebut :
1). Munasabah antara
surat yang satu dengan surat sebelumnya
Surat-surat yang ada dalam Alquran mempunyai munasabah, sebab surat
yang datang kemudian menjelaskan beberapa hal yang disebutkan secara global
pada surat sebelumnya. Misalnya surat Al Baqarah memberikan perincian serta
penjelasan terhadap surat Al Fatihah. Sedangkan surat Ali Imran yang merupakan
urutan surat berikutnya memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap kandungan
surat Al Baqarah, yaitu ancaman Allah terhadap orang-orang kafir karena
pengaruh harta dunia. Ayat dari surat-surat tersebut berbunyi :
Artinya :
“Segala puji untuk Allah Tuhan
semesta alam (QS. Al Fatihah;2)
“Ingatlah kepadaku, niscaya Aku
ingat pula kepadamu”. (QS.Al Baqarah : 152)
“Sesungguhnya orang-orang kafir,
harta benda, dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak siksaan
mereka yang disediakan Allah. Dan mereka adalah bahan bakar api neraka (QS. Ali
Imran : 10)[9]
2). Munasabah antara
nama surat dengan tujuan turunnya.
Al-Biqa’i sebagaimana yang dikutip
oleh Nawir Yuslem menjelaskan bahwa nama-nama surat Alquran merupakan “inti
pembahasan surat tersebut serta
penjelasannya”, setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang sangat
menonjol, dan tercermin dalam nama-nama masing-masing surat, seperti surat Al
Baqarah, surat Yusuf, surat al-Naml, dan surat al-Jin, cerita lembu betina
dalam surat al Baqarah umpamanya, merupakan pembicaraan surat tersebut, yaitu
kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan kata lain, tujuan surat ini
adalah menyangkut kekuasaan Tuhan dan keimanan kepada hari kemudian.[10]
3). Munasabah antara
satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat.
Munasabah antara kalimat dalam Alquran adakalanya memakai huruf
athof, dan adakalanya tidak memakai huruf athof. Yang memakai huruf athof
biasanya mengambil bentuk berlwanan (muthadhodat), misalnya penggunaan و dan ام dalam ayat :[11]
Sedang munasabah yang tidak memakai
huruf athof sandarannya adalah qorinah ma’nawiyah. Aspek ini dapat
mengambil bentuk :
1). At-Tanzir, yaitu membandingkan dua hal yang sebanding, menurut
kebiasaan orang yang berakal, misalnya :
Sebagaimana Tuhanmu menyuruh pergi
dari rumahmu dengan kebenaran (berangkat perang), padahal sesungguhnya sebagian
dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.
Sedangkan ayat sebelumnya (Q.S Al Anfal ; 4) berbunyi :
Itu adalah orang-orang yang
beriman dengan sebenarnya. Mereka itu akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian disisi Tuhannya dan mendapat keampunan serta rezeki yang mulia.
2). Al Mudhodat, artinya berlawanan,
misalnya :
Sesungguhnya orang-orang kafir itu
sama saja, diberi peringatan atau tidak diberi peringatan tetap mereka tidak
beriman.
Sifat
orang kafir ini berlwanan dengan sifat orang mukmin yang membawa keberuntungan
yang dijelaskan pada ayat sebelumnya :[12]
Dan mereka yang beriman kepada
kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kapadamu dan kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4).
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.
4). Munasabah antara
satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat.
Munasabah antar ayat dalam satu
surat dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 1 sampai 20. Dalam ayat-ayat
tersebut Allah memulai penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi Alquran bagi
orang-orang yang bertaqwa, dan kemudian dalam ayat berikutnya dibicarakan tiga
kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda, yaitu mukmin, kafir dan
munafik.[13]
5). Munasabah antara
kalimat penutup ayat (fasilah) dengan
kandungan ayatnya.
Munasabah disini bertujuan untuk :
Tamkin (memperkukuh),
Misalnya Surat Al Ahzab ayat 25 :
Allah menghindarkan orang-orang
mukmin dari peperangan. Dan Allahlah maha kuat lagi maha perkasa.
Ighal (penjelasan tambahan
untuk mempertajam makna) Misalnya Surat An-Naml ayat 80 :
Sesungguhnya kamu tidak dapat
menjadikan orang-orang itun mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang
tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.[14]
6). Munasabah antara
awal uraian dengan akhir uraian suatu surat
Munasabah ini dapat dijumpai,
misalnya dalam Surat Al Qashah, permulaan Surat ini (ayat 1-32) menjelaskan
perjuangan Nabi Musa, sementara di Akhir Surat (ayat 83-88) memberikan kabar
gembira kepada Nabi Muhammad SAW yang menghadapi tekanan dari kaumnya, dan akan
mengembalikannya ke Makkah (di awal surat tidak menolong orang yang berdosa.
Dan diakhir Surat, Muhammad dilarang menolong orang-orang kafir). Munasabah
terletak pada kesamaan situasi yang dihadapi, dan sama-sama mendapat jaminan
dari Allah.[15]
7). Munasabah antara
penutup satu surat dengan awal surat berikutnya :
al-Suyuti sebagaimana dikutip Nawir
Yuslem, mengemukakan suatu surat mempunyai munasabah dengan akhir surat
sebelumnya walaupun tidak mudah untuk mencarinya. Ia memberi contoh pada
permulaan Surat Al Hadid yang dimulai dengan kata tasbih [16]:
Semua yang berada dilangit dan
yang berada dibumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat tersebut bermunasabah
dengan akhir surat sebelumnya, al-Waqi’ah yang memerintahkan bertasbih.
Maka bertasbihlah dengan
(menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.
Kemudian, permulaan surat Al Baqarah
(2) :[17]
Artinya :
“Alif Lam Mim. Kitab (Al-Quran)
ini tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS.Al
Baqarah:1-2).
Ayat ini bermunasabah denga akhir
Surat Al Fatihah (1) :[18]
Artinya :
“…..Yaitu jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat “(QS. Alfatihah : 7)
D.
Metode Mencari Munasabah
Para ulama menjelaskan bahwa
pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihadi. Artinya, pengetahuan
tentangnya ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak ditemukan riwayat, baik
dari Nabi maupun para sahabatnya. Oleh karena itu tidak ada keharusan mencari
munasabah pada setiap ayat. Alasannya Alquran diturunkan secara
berangsur-angsur mengikuti berbagai kejadian dan pristiwa yang ada. Oleh sebab
itu, terkadang mufassir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya
dan terkadang tidak. Ketika tidak menemukan keterkaitan itu, ia tidak
diperkenankan memaksakan diri.[19]
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah langkah-langkah untuk mencari Munasabah. Berikut ini adalah
laingkah-langkah yang biasa ditempuh oleh ahli tafsir mutaakhirin dan dipandang
dapat memudahkan mencari munasabah, yaitu :
1.
Memperhatikan tujuan yang dibahas
dalam surat.
2.
Memperhatikan uraian-uraian dari
ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.
3.
Menentukan tingkat uraian-uraian
itu;apakah ada hubungannya atau tidak ada.
4.
Ketika menarik kesimpulan dari
uraian-uraian tersebut harus memperhatikan ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebih-lebihan.[20]
E.
Peranan Munasabah dalam Tafsir.
Mengetahui Munasabah dalam tafsir
tidak kalah pentingnya dengan asbab al-nuzul. Kalau asbab al-nuzul
membahas ayat dari segi sebab-sebab turunnya atau latar belakang historisnya. Sedangkan
munasabah membahas ayat-ayat dari sudut hubungannya (Korelasi). Walaupun jumhur
ulama berpandangan bahwa menjelaskan dan mencari asbab al-nuzul adalah
jalan yang kuat dalam memahami ayat-ayat Alquran, tidak berarti
bahwa peranan munasabah dalam
tafsir tidak ada.
Dalam memahami ayat-ayat Alquran, pengetahuan tentang
munasabah sangat membantu. Hal ini disebabkan ayat-ayat Alquran tersusun berdasarkan
petunjuk Allah sehingga pengertian suatu ayat kurang dapat dipahami begitu
saja tanpa memahami ayat-ayat sebelumnya. Dengan demikian, munasabah Alquran mempunyai
peranan dalam memahami ayat-ayat Alquran.[21]
Ayat-ayat Alquran itu
banyak bercerita tentang umat-umat terdahulu, baik peristiwa yang berlaku pada
mereka maupun kewajiban-kewajiban yang pernah dibebankan atas mereka. Jika
suatu ayat dipelajari, tanpa melihat keterkaitannya dengan ayat-ayat lain, maka
mungkin akan terjadi penetapan hukum yang sebenarnya hukum itu dibebankan
kepada umat sebelum nabi Muhammad SAW, yang tidak diwajibkan kepada umat
Muhammad SAW. Bahkan tanpa bantuan munasabah ini seperti yang telah disinggung
diatas mungkin terjadi kekeliruan dalam memahami ayat seperti pemahaman kaum Bathiniyyah
terhadap penggalan ayat :[22]
Dan membuangkan dari
mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka. (QS.Al-A’raf (7) : 15)
Kaum
Bathiniyyah memahami ayat ini, “ bahwa ada orang-orang tertentu yang
telah dibebaskan dari larangan dan kewajiban agama yang dianggap sebagai
belenggu bagi mereka; orang-orang yang telah sampai pada peringkat tersebut
boleh berbuat apa saja yang mereka sukai”. Padahal ayat
ini tidak dapat dilepaskan dari ayat sebelumnya.[23]
Lebih
jauh lagi, peranan munasabah dalam Tafsir adalah :
1.
Dapat
mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Alquran kehilangan
relevansi antara satu bagian dan bagian lainnya. Contohnya terhadap firman
Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 189 :
Artinya :
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:”Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji;Dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertaqwa dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya;
dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS.Al Baqarah : 189).
Orang yang membaca ayat tersebut tentu akan bertanya-tanya: Apakah korelasi
antara pembicaraan bulan sabit dengan pembicaraan mendatangi rumah. Dalam
menjelaskan munasabah antara kedua pembicaraan itu.[24]
2.
Mengetahui
atau persambungan/ antara bagian Alquran, baik antara kalimat atau antar ayat
maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan
terhadap kitab Alquran dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya, serta dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran
setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat
yang lain.[25]
KESIMPULAN
Secara Etimologi bahwa
Munasabah adalah keserupaan atau kedekatan, sedangkan secara Terminologi
Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik
susunan atau urutan bagian-bagian Alquran, baik ayat dengan ayat, atau surat
dengan surat. Dapat
disimpulkan bahwa Munasabah adalah keterkaitan atau hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam
Alquran, baik awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan makna antar ayat atau antar surah baik
korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau
korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma’lul perbandingan dan perlawanan,
nama surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.
Dilihat dari macam-macam munasabah,
sekurang-kurangnya ada tujuh macam munasabah Alqur’an, yaitu, Munasabah
antara surat yang satu dengan surat sebelumnya, Munasabah antara nama
surat dengan tujuan turunya, Munasabah antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam satu ayat, Munasabah antara satu ayat dengan ayat
lainnya dalam satu surat, Munasabah antara kalimat penutup ayat
(fasilah) dengan kandungan ayatnya, Munasabah antara awal uraian dengan
akhir uraian suatu surat, dan Munasabah antara penutup satu surat dengan
awal surat berikutnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam
mencari munasabah Alquran adalah dengan Memperhatikan
tujuan yang dibahas dalam surat, Memperhatikan uraian-uraian dari
ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat, Menentukan
tingkat uraian-uraian itu apakah ada hubungannya atau tidak ada, dan Ketika
menarik kesimpulan dari uraian-uraian tersebut harus memperhatikan ungkapan
bahasanya dengan benar dan tidak
berlebih-lebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Usman,Ulumul Qur’an.Yogyakarta : Teras, 2009.
Syafii, Rahmat, Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung :
Pustaka Setia, 2006.
As Suyuti , Imam Jalaluddin,Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi ulumil qur’an). alih bahasa Farikh Marzuki Ammar, Imam Fauzi
Jai’z jilid I. Surabaya:PT.Bina Ilmu, 2003.
Yuslem, Nawir, Ulumul Qur’an. Bandung:Citapustaka Media
Perintis, 2010.
Anwar, Rosihon, Ulum Alquran.
Bandung:Pustaka Setia, 2010.
Anwar, Abu, Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Jakarta : Pustaka Amzah, 2009.
M.Yusuf , Kadar, Studi Alquran.
Jakarta:Pustaka Amzah, 2009.
[3].Imam Jalaluddin As Suyuti ,Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi ulumil qur’an), alih
bahasa : Farikh Marzuki Ammar, Imam Fauzi Jai’z jilid I ,(Surabaya:PT,Bina Ilmu,
2003) h. 528
[4]. Nawir
Yuslem, Ulumul Qur’an (Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2010), h. 36.
[6]. Ibid, h.83
[9]. Abu Anwar, Ulumul Quran Sebuah Pengantar
(Jakarta : Amzah, 2009), h. 65
[10]. Yuslem, Quran, h.38-39.
[11]. Anwar, Pengantar, h.70
[12] . Yuslem, Quran, h.41.
[13] . Ibid, h.42
[14] . Anwar, Pengantar, h.74
[15] . Ibid, h.75
[16] . Yuslem, Quran, h.44
[17] . Anwar, Al-Quran, h.95
[18] . Ibid, h.95
[19] .Ibid, h. 83
[20] .Yuslem, Quran, h.45
[21]. Ibid, h.46
[22]. Kadar M.Yusuf, Studi
Alquran, (Jakarta:Amzah, 2009) h.110
[25]. Ibid, h.97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar